Pengertian Kanker Hati
Penderita kanker hati umumnya adalah lansia. Kanker hati primer adalah kanker yang berawal di organ hati dan termasuk jenis kanker yang berpotensi fatal. Selain kanker hati primer yang muncul di dalam hati, ada juga yang dikenal dengan kanker hati sekunder yang bermula di bagian tubuh lain, seperti usus, sebelum menyebar ke hati.
Banyak Terjadi di Negara-negara Berkembang
Kanker hati adalah tipe kanker paling umum kelima di antara laki-laki dan ketujuh di antara wanita. Sekitar 85% kasus kanker hati di dunia terjadi di negara-negara yang masih berkembang. Penyebab tingginya kasus kanker hati di negara-negara yang masih berkembang adalah tingginya kasus hepatitis B dan C di negara-negara tersebut, termasuk di Indonesia.
Sebanyak 59% kasus kanker hati di negara yang masih berkembang disebabkan oleh hepatitis B dan 33% oleh hepatitis C. Sedangkan di negara-negara yang sudah maju seperti negara-negara di Eropa, penyebab utama kanker hati adalah konsumsi alkohol yang tinggi dan obesitas yang meningkat.
Di Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 33.000 kasus baru kanker hati setiap tahunnya. Angka ini diperkirakan akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penderita hepatitis B dan C yang saat ini mencapai 30 juta jiwa.
Fungsi Penting Organ Hati
Dengan ratusan fungsi yang dijalankan, hati menjadi salah satu organ yang paling kompleks dalam tubuh manusia. Kanker hati dikategorikan sebagai penyakit serius akibat terhambatnya fungsi-fungsi hati tersebut, bahkan benar-benar menghentikannya. Berikut ini adalah beberapa fungsi terpenting dari hati:
- Menghilangkan racun dari tubuh
- Mencerna protein dan lemak
- Memproduksi cairan penghancur lemak (empedu) yang membantu pencernaan
- Membantu mengontrol penggumpalan darah
Mengenali Gejala Kanker Hati
Gejala penyakit ini biasanya berbentuk umum atau kurang spesifik seperti misalnya kelelahan dan mual. Banyak orang yang baru merasakan gejala secara jelas setelah kanker mencapai stadium lanjut. Gejala kanker hati meliputi:
- Kelelahan
- Penurunan berat badan tanpa sebab
- Mual-mual
- Muntah
- Sakit kuning (kulit dan bagian putih mata yang menguning akibat meningkatnya kadar bilirubin dalam tubuh manusia)
Sirosis: Penyebab Utama Kanker Hati
Penyebab pasti kanker hati masih belum diketahui, tetapi penyakit ini diperkirakan berkaitan dengan kerusakan jaringan sel-sel hati, seperti penyakit hati sirosis. Penyakit sirosis dapat disebabkan oleh:
Infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C
- Penyalahgunaan alkohol – mengonsumsi minuman keras lebih dari jumlah yang direkomendasikan.
- Obesitas dipercaya juga dapat meningkatkan risiko kanker hati karena berkaitan erat dengan penyakit perlemakan hati non alkoholik (Non Alcoholic Fatty Liver Disease = NAFLD).
Diagnosis Kanker Hati Sedini Mungkin
Jika dokter umum mencurigai atau mendiagnosis Anda telah terkena kanker hati, Anda akan dirujuk ke rumah sakit spesialis untuk pemeriksaan lebih lanjut. Semakin cepat penyakit ini terdiagnosis, semakin efektif penanganan yang diberikan.
Pada kenyataannya hanya 1 dari 5 orang yang dapat bertahan hidup, setidaknya setahun setelah didiagnosis mengidap kanker hati. Dan hanya 1 dari 20 pengidap yang dapat bertahan hidup setidaknya lima tahun. Hal ini dikarenakan sebanyak 9 dari 10 penderita baru didiagnosis ketika kanker sudah ada pada stadium lanjut. Pada kebanyakan pengidap, kanker telah berkembang terlalu parah untuk disembuhkan.
Maka agar kanker hati dapat terdiagnosis lebih dini, orang-orang yang berisiko tinggi mengidap penyakit tersebut disarankan untuk memeriksakan diri secara rutin dan teratur. Kelompok orang yang berisiko tinggi ini adalah mereka yang positif terinfeksi hepatitis C atau yang pernah mengidap sirosis. Manfaat dari pemeriksaan rutin adalah untuk mendiagnosis kanker hati pada stadium awal, yaitu saat pengobatan untuk kepulihan total lebih memungkinkan.
Tiga Alternatif Pengobatan Kanker Hati
Stadium kanker menentukan jenis penanganan apa yang akan diberikan pada penderita. Jika kanker yang terdiagnosis sudah terlanjur pada kondisi stadium lanjut, perawatan hanya ditujukan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan pasien selama sisa hidupnya. Tapi lain halnya jika kanker bisa terdiagnosis sebelum berkembang lebih parah, maka kondisi tersebut lebih memungkinkan untuk ditangani.
Setidaknya ada tiga cara dalam mengobati kanker hati. Yang pertama adalah ablasi frekuensi radio, yaitu penggunaan sebuah perangkat listrik yang khusus digunakan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang ada di organ hati. Kedua adalah operasi reseksi, yaitu proses pengangkatan bagian-bagian tertentu dari organ hati yang terinfeksi. Yang ketiga adalah transplantasi hati, yaitu mengganti organ hati penderita dengan organ hati dari pendonor.
Mencegah Kanker Hati dengan Hidup Sehat
Risiko kanker hati dapat dikurangi dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti mengatur pola makan dan olahraga teratur agar tubuh terhindar dari obesitas, serta menghindari konsumsi minuman keras dan rokok.
Selain itu, Anda juga bisa menghindari risiko terinfeksi hepatitis B dan C dengan vaksinasi dan berhubungan seksual secara aman. Jika Anda ingin menindik atau menato tubuh, pastikan untuk melakukannya di tempat yang memiliki alat-alat dengan tingkat kesterilan yang terjamin.
Gejala Kanker Hati
Umumnya pengidap kanker hati stadium awal tidak merasakan gejala yang berarti. Gejala baru akan terlihat jelas pada stadium lanjut. Meski demikian beberapa gejala berikut ini dapat diwaspadai sebagai gejala kanker hati:
- Merasa sangat lelah dan lemas
- Urine berwarna gelap
- Sakit perut
- Gatal-gatal
- Organ hati membengkak
- Merasa mual dan muntah
- Turunnya berat badan tanpa sebab
- Kulit dan bagian putih mata yang menguning
Konsultasikanlah kepada dokter jika Anda mengalami gejala-gejala di atas.
Penyebab Kanker Hati
Umumnya pengidap kanker hati stadium awal tidak merasakan gejala yang berarti. Bentuk gejala hanya akan terasa jelas pada stadium lanjut. Meski demikian beberapa gejala berikut ini dapat diwaspadai sebagai gejala kanker hati:
- Merasa sangat lelah dan lemas.
- Urin berwarna gelap.
- Sakit perut.
- Gatal-gatal.
- Organ hati membengkak.
- Merasa mual dan muntah.
- Turunnya berat badan tanpa sebab.
- Kulit dan bagian putih mata yang menguning.
- Gumpalan tumor terbentuk ketika sel-sel mulai berkembang dan bereproduksi secara tidak terkendali.
Penyebab dan bagaimana terjadinya perubahan pada sel-sel dalam kanker hati masih belum bisa dipastikan. Walau demikian, risiko kanker hati sepertinya meningkat seiring dengan kerusakan pada organ hati, seperti penyakit sirosis. Tetapi, tidak semua kasus sirosis akan berujung pada kanker hati.
Kaitan sirosis dengan kanker hati
Kanker hati berkaitan erat dengan sirosis dan proses pembentukan jaringan parut pada organ hati. Organ hati yang normal terbentuk dari jaringan sel-sel yang lunak. Sirosis adalah kondisi saat jaringan hati yang normal telah mengeras akibat proses pembentukan jaringan baru dari sel-sel yang luka. Akibat sirosis, fungsi hati mulai menurun. Perlu diingat bahwa tidak semua penderita sirosis akan mengalami kanker hati.
Di negara yang masih berkembang seperti Indonesia, sirosis umumnya disebabkan oleh:
- Infeksi virus hepatitis B dan C.
- Penyakit perlemakan hati non alkoholik.
- Konsumsi alkohol yang berlebihan.
- Penyakit autoimun.
Infeksi virus hepatitis B
Hepatitis B adalah virus yang menyebar melalui darah yang terkontaminasi. Selain itu virus ini juga menyebar lewat cairan tubuh lain seperti air liur, air mani, dan cairan vagina. Sebagian pengidap hepatitis B menderita gejala yang sama dengan yang diidap penderita kanker hati dan berisiko mengalami luka parut yang meluas pada organ hati. Luka parut adalah jaringan hati yang terbentuk ketika jaringan yang normal dan lunak menjalani proses luka.
Faktor etnis diduga berpengaruh pada potensi risiko pengidap infeksi hepatitis B berkembang menjadi kanker hati. Orang Asia yang terinfeksi hepatitis B memiliki risiko lebih tinggi di atas rata-rata terkena kanker hati, terlepas dari entah mereka juga menderita sirosis hati atau tidak. Lain halnya dengan penderita hepatitis B beretnis lain, risiko mereka untuk terkena kanker hati hanya naik jika mereka juga menderita sirosis atau penyakit hati yang lain seperti hepatitis C.
Kombinasi merokok dan mengidap hepatitis B membuat risiko terkena kanker hati menjadi lebih tinggi.
Infeksi hepatitis C
Dalam jangka panjang, pengidap hepatitis C dapat mengalami peradangan dan kerusakan pada hati. Jika Anda adalah pengidap hepatitis C, jauhkan diri Anda dari rokok. Pengidap hepatitis C yang merokok lebih berisiko terkena kanker hati di kemudian hari.
Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat hepatitis C tertinggi di Asia Tenggara. Salah satu metode penyebaran hepatitis C di Indonesia adalah penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi.
Penyakit perlemakan hati non alkoholik
Penyebab pasti penyakit perlemakan hati non alkoholik masih belum bisa dijelaskan dengan pasti. Namun penyakit ini kerap diasosiasikan dengan obesitas dan diabetes tipe2.
Penyakit perlemakan hati non-alkoholik merupakan kondisi yang umum dan tidak menyebabkan gejala yang jelas pada kebanyakan penderitanya. Lemak yang menumpuk dalam jaringan hati menyebabkan terjadinya penyakit ini.
Namun pada beberapa orang, penumpukan lemak dalam kadar tinggi dapat menyebabkan peradangan hati. Lama kelamaan peradangan ini akan menimbulkan jaringan luka pada hati.
Akibat buruk minuman keras
Lain dari organ tubuh lainnya, hati merupakan suatu organ dengan ketahanan yang kuat. Hati dapat menangani tingkat kerusakan yang jauh lebih tinggi dibanding organ-organ tubuh lainnya seperti jantung dan otak. Hal ini disebabkan karena sel-sel hati mampu beregenerasi setelah mengalami cedera.
Setiap kali Anda mengonsumsi minuman keras, organ yang kuat dan lunak ini akan menyaring zat berbahaya dalam alkohol dari darah Anda. Penyaringan ini membuat beberapa sel hati akan mati.
Sel hati memang mampu beregenerasi membuat sel baru. Namun betapa kuatnya pun organ ini, konsumsi minuman keras yang berlebihan dan dalam jangka panjang dapat merusak hati secara permanen. Jika Anda terus menerus mengonsumsi minuman keras berlebihan selama bertahun-tahun, hati Anda akan kehilangan kemampuan untuk beregenerasi.
Faktor dari Risiko Lain
Kanker hati juga dipicu oleh beberapa faktor lain berikut ini:
Hepatitis autoimun
Kondisi genetik yang jarang terjadi ini muncul saat sistem imun atau ketahanan alami tubuh yang biasanya melawan infeksi justru menyerang sel-sel hati yang sehat. Risiko pengidap hepatitis autoimun terhadap kanker hati lebih kecil dibandingkan penderita sirosis atau gangguan hati lain.
Sirosis bilier primer
Penyebab dasar sirosis bilier primer masih belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini menyerang saluran empedu, yaitu jaringan pipa yang berfungsi mengalirkan empedu ke sistem pencernaan. Kerusakan saluran empedu kemudian menimbulkan penumpukan empedu di dalam hati. Penumpukan ini merusak organ tersebut dan menyebabkan sirosis. Sekitar 5% pengidap sirosis saluran empedu stadium lanjut diperkirakan akan menderita kanker hati di masa yang akan datang.
Hemokromatosis
Sekitar sepuluh persen pengidap sirosis akibat hemokromatosis menderita kanker hati. Hemokromatosis adalah kondisi genetis saat tubuh menyimpan terlalu banyak zat besi yang diserap dari makanan. Zat besi yang menumpuk akhirnya mencapai kadar yang meracuni dan merusak organ hati.
Diagnosis Kanker Hati
Orang-orang yang lebih berisiko mengidap kanker hati perlu menjalani pemeriksaan secara berkala. Umumnya Anda akan menjalani pemeriksaan sebagai berikut:
Pemantauan untuk Deteksi Kanker Hati secara Intensif
Jika Anda termasuk kelompok orang yang berisiko tinggi mengidap kanker hati seperti penderita sirosis, disarankan untuk melakukan pemeriksaan berkala setiap enam bulan sekali.
Pemeriksaan biasanya melalui dua tahap, yaitu tes darah dan ultrasonografi (USG). Tes darah berfungsi untuk mendeteksi ada atau tidak adanya protein di dalam darah yang disebut alfa fitoprotein (AFP). Selain itu, ultrasonografi atau USG dilakukan untuk mengetahui kelainan pada organ hati.
Tes Konfirmasi Diagnosis
Ada beberapa tes yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis kanker hati, yaitu:
- MRI scan
- CT scan
- Biopsi
- Laparoskopi
Meski demikian, Anda tidak perlu menggunakan semua jenis tes untuk memastikan diagnosis tersebut.
Tahap-tahap Perkembangan Kanker Hati
Sistem peringkat Barcelona Clinic Liver Cancer (BCLC) membagi lima tahap perkembangan kanker hati sebagai berikut:
Stadium o: pasien masih dalam kondisi sehat serta hatinya berfungsi dengan baik, namun terdapat tumor berdiameter kurang dari 2 cm.
Stadium A: pasien dalam kondisi sehat dan hatinya berfungsi normal. Tapi telah tumbuh sebuah tumor berdiameter kurang dari 5 cm, atau terdapat tiga tumor atau lebih dengan diameter kurang dari 3 cm.
Stadium B: terdapat beberapa tumor dalam hati, namun belum berpengaruh pada fungsi hatinya.
Stadium C: kanker telah mulai menyebar ke dalam pembuluh darah, ke dalam nodus getah bening sekitarnya atau bagian tubuh yang lain. Tubuh sang pengidap tidak begitu sehat dan fungsi hatinya tidak bekerja dengan begitu baik.
Stadium D: si pengidap mulai menunjukkan gejala tahap akhir penyakit hati, seperti penumpukan cairan dalam perut. Hati telah kehilangan sebagian besar kemampuan fungsionalnya.
Pengobatan Kanker Hati
Pengidap kanker hati akan ditangani dengan jenis pengobatan yang sesuai dengan stadium kanker masing-masing. Terdapat tiga cara utama yang dapat dilakukan untuk menangani kanker hati:
Reseksi: mengambil bagian organ hati yang terpengaruh.
Transplantasi hati: operasi untuk mengganti organ dengan hati yang baru.
Radiofrequency ablation/RFA (pengangkatan dengan frekuensi radio): menggunakan panas untuk membunuh sel-sel bersifat kanker.
Pasien dapat sembuh total jika saat didiagnosis kanker, kanker yang dia derita berada pada stadium A. Namun penyembuhan total tidak dapat dilakukan jika kanker dideteksi berada pada stadium B atau C. Sedangkan pada stadium D, perawatan hanya akan berfokus pada meringankan rasa sakit dan ketidaknyamanan.
Pengangkatan kanker hati melalui pembedahan
Bedah reseksi dilakukan dengan mengangkat sel-sel bersifat kanker melalui operasi. Pada umumnya dibutuhkan waktu 3-4 bulan untuk memulihkan organ Anda setelah operasi. Namun Anda sudah diizinkan meninggalkan rumah sakit dalam waktu 6-12 hari setelah operasi.
Namun seperti semua prosedur medis, bedah reseksi juga memiliki risiko. Sekitar 25 persen operasi reseksi hati menimbulkan komplikasi seperti infeksi, pendarahan atau trombosis vena dalam. Diperkirakan dari 30 orang yang menjalani operasi reseksi hati, terdapat 1 orang yang meninggal setelah atau saat operasi. Ini dikarenakan reseksi hati terkadang dapat menyebabkan komplikasi mematikan seperti serangan jantung.
Transplantasi dengan donor hati
Transplantasi dapat dilakukan menggunakan organ dari orang yang sudah meninggal maupun pendonor yang masih hidup. Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kekurangan:
Transplantasi dari orang yang meninggal:
- Dapat memakan waktu cukup lama untuk menunggu donor yang cocok.
- Hasilnya lebih baik dibanding dari pendonor yang masih hidup.
Transplantasi dari pendonor yang masih hidup:
- Tidak perlu menunggu terlalu lama.
- Tingkat komplikasi prosedur ini lebih tinggi.
- Hasilnya cenderung tidak sebaik jika menggunakan hati dari seseorang yang sudah meninggal.
Selain itu, transplantasi hati hanya tepat dilakukan untuk kasus tertentu. Prosedur ini biasanya cocok jika tumor berdiameter kurang dari 5 cm. Namun tidak akan bermanfaat jika Anda mengidap beberapa tumor atau satu tumor yang berdiameter lebih dari 5 cm. Transplantasi hati dapat direkomendasikan untuk:
Pengidap dengan tiga atau beberapa tumor dengan diameter kurang dari 3 cm
Pengidap tumor yang sangat responsif terhadap pengobatan hingga tidak menunjukkan tanda-tanda perkembangan tumor hingga enam bulan kemudian.
Membunuh Sel Kanker dengan Frekuensi Radio
RFA atau Radiofrequency Ablation membunuh sel-sel kanker dan menyusutkan ukuran tumor dengan proses pemanasan yang menggunakan aliran listrik.
Ablasi/pengangkatan dengan frekuensi radio dapat direkomendasikan sebagai langkah alternatif selain operasi untuk menangani kasus dengan satu atau beberapa tumor berdiameter kurang dari 5 cm.
Setelah menjalani prosedur, Anda dapat merasa tidak nyaman dan mengalami gejala menyerupai flu, seperti menggigil atau sakit otot selama beberapa hari. Walau jarang, komplikasi yang mungkin terjadi adalah pendarahan, infeksi, luka bakar kecil, atau kerusakan di sekitar organ.
Pengobatan Kemoterapi
Jenis kemoterapi yang direkomendasikan untuk menangani kanker hati stadium B dan C disebut kemoembolisasi (transcatheter arterial chemoembolization/TACE). Perawatan ini tidak menyembuhkan, melainkan hanya meredakan rasa sakit dan memperpanjang usia harapan hidup. Namun prosedur ini tidak direkomendasikan untuk menangani kanker hati Stadium D karena dapat memperburuk kondisi.
Kemoembolisasi dapat dijalankan saat pengidap sedang menunggu organ untuk transplantasi hati. Prosedur ini membantu mencegah penyebaran kanker ke sekitar hati saat penderita menanti hati cangkok.Kemoembolisasi dijalani dengan kombinasi dua teknik:
Membantu memperlambat pertumbuhan tumor dengan menyuntikkan gel atau butiran plastik kecil ke dalam pembuluh darah yang mengaliri tumor
Obat-obatan kemoterapi yang disuntikkan langsung ke hati Anda. Proses ini menghindarkan pasien dari efek samping yang sering dikaitkan dengan ‘kemoterapi tradisional’ seperti rambut rontok dan kelelahan.
Sekitar sebulan setelah menjalani kemoembolisasi, respons tubuh terhadapnya akan dievaluasi dengan CT scan.
Sekitar 30% pasien yang menjalani kemoembolisasi mengalami efek samping yang dikenal sebagai sindrom pasca-kemoembolisasi dengan gejala mual, muntah, sakit pada perut, demam, dan kehilangan nafsu makan. Efek samping ini dapat hilang 1-2 minggu setelahnya.
Selain itu, ada juga beberapa komplikasi kemoembolisasi yang lebih jarang terjadi:
- Peradangan pada hati.
- Memburuknya fungsi hati. Biasanya bersifat sementara.
- Pembengkakan perut akibat penumpukan cairan.
- Kerusakan pada saluran atau kantong empedu.
Pilihan suntikan alkohol
Suntikan alkohol bertujuan membuat sel-sel kanker mengalami dehidrasi dan menghentikan aliran darah ke tumor. Pengobatan ini hanya dapat dilakukan jika Anda hanya mengidap beberapa tumor kecil.
Sorafenib
Sorafenib adalah tablet yang digunakan untuk mengobati kanker hati pada kasus tertentu. Tidak semua kasus kanker hati dapat diobati dengan sorafenib. Pada kasus kanker hati stadium lanjut, penggunaan sorafenib mungkin tidak disarankan karena manfaatnya yang terbatas. Tim medis akan memeriksa apakah obat ini cenderung mendatangkan manfaat atau kerugian, dan tepat atau tidak jika digunakan kepada Anda.
Pencegahan Kanker Hati
Pertumbuhan kanker hati dapat dicegah. Kunci utamanya adalah dengan gaya hidup sehat dan disiplin dalam menjaga kesehatan. Langkah-langkah tersebut meliputi:
- Pola makan sehat.
- Menghindari diri dari obesitas dengan olahraga teratur.
- Menghindari diri dari faktor-faktor risiko kanker hati seperti hepatitis C dan hepatitis B.
- Membatasi konsumsi minuman keras.
Vaksin hepatitis B
Anda dapat menghindarkan risiko hepatitis B dengan vaksin. Di Indonesia, vaksin hepatitis B ini telah menjadi bagian imunisasi yang wajib diambil saat bayi lahir dan pada usia dua, empat, dan enam bulan. Walau demikian, orang dewasa pada umur berapa pun boleh menerima vaksin ini.
Vaksin hepatitis B juga direkomendasikan untuk kelompok orang berisiko tinggi sebagai berikut:
- Pengidap gagal ginjal kronis dan penyakit hati kronis.
- Orang yang sering berganti pasangan seksual.
- Petugas medis dan pasien pengguna obat-obatan suntik.
- Keluarga dekat dari pengidap hepatitis B kronis.
- Orang yang menerima donor darah secara berkala.
- Narapidana dan petugas lembaga pemasyarakatan.
Risiko penularan hepatitis C
Virus hepatitis C seringnya tertular melalui darah orang yang terinfeksi ke yang lain. Hal ini menyebabkan umumnya hepatitis C terjadi di antara para pemakai narkotika, terutama mereka yang berbagi alat pemakaian obat seperti jarum dengan sembarangan. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko:
Menghindari penggunaan barang pribadi bersama-sama. Hindari pertukaran benda yang terkontaminasi darah orang lain seperti anting-anting, alat cukur atau sikat gigi.
Disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi kondom saat berhubungan seks, karena hepatitis C juga bisa menular melalui cairan tubuh lainnya seperti air mani.
Akan lebih baik jika Anda lebih berwaspada dengan mengasumsikan bahwa siapa pun mungkin telah terinfeksi hepatitis C. Banyak penderita hepatitis C sendiri tidak menyadari bahwa dirinya terjangkit penyakit tersebut, sehingga mereka tidak menjaga diri. Ini dapat disebabkan karena hepatitis C dapat muncul tanpa diiringi gejala berarti dalam bertahun-tahun.
Batasi atau hindari konsumsi minuman keras
Jika Anda mengonsumsi minuman keras, sebaiknya jangan melebihi batas konsumsi per hari. Batas yang direkomendasikan adalah sekitar 2,5 kaleng bir untuk pria dan maksimal 2 kaleng bir untuk wanita per hari. Meski begitu, keputusan untuk berhenti mengonsumsi minuman keras adalah langkah yang disarankan paling efektif dalam mengurangi risiko berkembangnya kanker hati.
No comments:
Post a Comment