Pengertian Kolitis Ulseratif
Kolitis ulseratif adalah inflamasi yang terjadi pada usus besar atau kolon dan rektum. Ini merupakan penyakit kronis yang akan memicu munculnya tukak-tukak pada dinding usus besar sehingga menyebabkan keluarnya tinja yang disertai darah.
Semua orang memiliki kemungkinan untuk mengalami kolitis ulseratif. Tetapi kondisi ini lebih sering terjadi pada orang yang berusia di bawah 30 tahun.
Gejala-gejala Kolitis Ulseratif
Gejala kolitis ulseratif bisa berbeda pada tiap pengidap. Perbedaan ini muncul berdasarkan tingkat keparahan serta lokasi inflamasi yang dialami oleh pasien. Berikut ini adalah beberapa indikasi umum yang bisa Anda alami jika mengidap kolitis ulseratif:
- Diare yang disertai darah atau nanah.
- Nyeri atau kram perut.
- Sering ingin buang air besar, tapi tinja cenderung tidak bisa keluar.
- Kelelahan.
- Penurunan berat badan.
- Demam.
Pengidap juga terkadang tidak merasakan gejala apa pun atau hanya mengalami gejala-gejala ringan selama beberapa waktu, sebelum secara tiba-tiba pengidap bisa mengalami serangan yang parah. Serangan ini umumnya ditandai dengan indikasi yang meliputi buang air besar lebih dari enam kali dalam sehari, detak jantung yang tidak teratur, serta napas cepat.
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala kolitis ulseratif. Terutama serangan yang parah dan terjadi secara tiba-tiba karena kondisi ini membutuhkan penanganan darurat di rumah sakit.
Penyebab dan Faktor Risiko Kolitis Ulseratif
Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui secara pasti. Para pakar menggolongkan penyakit ini sebagai kondisi autoimun. Ada beberapa hal yang diduga bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengalaminya. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
- Faktor keturunan. Risiko Anda untuk mengalami kolitis ulseratif akan meningkat jika ada anggota keluarga Anda yang mengidap penyakit yang sama.
- Usia. Usia juga bisa mempengaruhi tingkat keparahan gejala. Makin muda usia pengidap saat mengalami penyakit ini, maka tingkat keparahan gejala yang dialaminya juga akan makin meningkat.
Diagnosis Kolitis Ulseratif
Pada tahap awal diagnosis, dokter akan menanyakan gejala-gejala yang Anda alami serta riwayat medis Anda dan keluarga. Dokter kemudian akan mengadakan pemeriksaan fisik guna memastikan kondisi Anda.
Jika menduga Anda mengidap kolitis ulseratif, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk membantu mengonfirmasi diagnosis. Beberapa jenis pemeriksaan meliputi:
- Tes darah. Langkah ini dilakukan untuk memeriksa apakah Anda mengidap anemia atau infeksi.
- Pemeriksaan sampel tinja. Keberadaan sel-sel darah putih pada tinja akan mengindikasikan Anda mengidap kolitis ulseratif.
- X-ray atau CT scan. Proses ini dilakukan jika dokter menduga ada kemungkinan komplikasi.
- Kolonoskopi. Langkah ini digunakan untuk memeriksa kondisi usus besar secara keseluruhan.
- Sigmoidoskopi atau pemeriksaan sigmoid. Pemeriksaan ini dianjurkan jika usus besar Anda mengalami inflamasi yang parah.
Selain untuk pemeriksaan, kolonoskopi dan sigmoidoskopi juga umumnya dilakukan untuk sekaligus mengambil sampel jaringan atau prosedur biopsi.
Pengobatan Kolitis Ulseratif
Tiap pasien cenderung membutuhkan jenis penanganan yang berbeda-beda. Penentuannya tergantung pada tingkat keparahan inflamasi serta kondisi kesehatan Anda. Gejala yang ringan hingga tingkat menengah biasanya dapat ditangani sendiri di rumah. Tetapi serangan dengan gejala yang parah harus ditangani di rumah sakit karena berpotensi memicu komplikasi yang serius.
Kolitis ulseratif termasuk penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Tujuan pengobatan yang dilakukan adalah untuk meringankan gejala, khususnya saat serangan terjadi. Penanganan penyakit ini juga berfungsi untuk mencegah kambuhnya gejala. Langkah-langkah penanganan tersebut biasanya meliputi:
Obat anti inflamasi
Obat anti inflamasi berfungsi untuk mengurangi inflamasi atau peradangan. Contoh obatnya adalah aminosalicylate dan kortikosteroid.
Imunosupresan
Obat ini akan menekan kinerja dan respons sistem kekebalan tubuh yang memicu inflamasi. Beberapa jenis imunosupresan yang biasanya dianjurkan meliputi azathioprine, ciclosporin, dan infliximab.
Operasi
Proses operasi umumnya dianjurkan bagi pasien yang sering mengalami serangan yang parah. Jenis prosedur yang akan dilakukan adalah proctocolectomy, yaitu pengangkatan seluruh usus besar dan rektum. Dokter juga akan menyambung ujung usus halus dengan anus untuk menyalurkan kotoran. Jika tidak memungkinkan, dokter akan membuat lubang permanen pada perut untuk mengeluarkan kotoran secara langsung ke dalam kantong kecil di luar tubuh.
Di samping penanganan secara medis, pengidap kolitis ulseratif juga sebaiknya menyesuaikan atau mengubah gaya hidup agar mencegah gejala-gejala kambuh atau semakin parah. Beberapa langkah sederhana yang mungkin bermanfaat adalah:
- Mengubah pola makan, misalnya mengonsumsi makanan rendah lemak, memperbanyak asupan cairan, mengonsumsi suplemen, membatasi konsumsi produk susu serta serat, dan menghindari minuman keras. Jangan lupa untuk mencatat makanan atau minuman apa saja yang mungkin memperparah gejala Anda agar dapat dihindari di kemudian hari.
- Mengurangi stres. Contohnya, berolahraga ringan atau melakukan kegiatan relaksasi.
Komplikasi Kolitis Ulseratif
Jika tidak ditangani secepatnya, kolitis ulseratif dapat berkembang dan memicu berbagai penyakit lain yang bahkan dapat berakibat fatal. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
- Terbentuknya lubang pada usus besar.
- Pendarahan hebat.
- Osteoporosis. Selain akibat kolitis ulseratif, komplikasi ini juga termasuk dalam efek samping kortikosteroid.
- Pertumbuhan yang terhambat atau terganggu. Pengidap kolitis ulseratif anak-anak serta remaja sebaiknya menjalani pemeriksaan berkala untuk memantau pertumbuhan mereka.
- Kolangitis sklerosis primer, yaitu saluran empedu yang terus mengalami inflamasi dan kerusakan.
- Megakolon toksik atau pembengkakan usus besar. Komplikasi ini bisa menyebabkan septikemia dan pecahnya usus besar.
- Kanker kolon. Setelah menjalani proses pengobatan, pengidap kolitis ulseratif dianjurkan untuk lebih sering menjalani pemeriksaan untuk mendeteksi kanker kolon karena risiko mereka lebih tinggi.
No comments:
Post a Comment