Pengertian Patah Tulang Pinggul
Persendian pinggul adalah bagian yang menghubungkan tulang paha dengan panggul. Patah tulang pinggul atau disebut juga fraktur femur proksimal meliputi keretakan atau patahnya bagian tulang paha yang terletak di dekat persendian pinggul. Kondisi ini sebagian besar dialami oleh wanita lansia yang mengidap osteoporosis atau tulang keropos.
Berdasarkan letaknya, patah tulang pinggul terbagi dalam dua kategori. Patah tulang yang terjadi pada bagian tulang paha yang terletak di dalam soket sendi, disebut intrakapsular. Dan jika terjadi pada tulang paha yang berada di luar soket, patah tulang ini disebut ekstrakapsular.
Gejala Patah Tulang Pinggul
Gejala-gejala yang mengindikasikan patah tulang pinggul meliputi:
- Rasa sakit tidak tertahankan pada bagian pinggul atau selangkangan.
- Tidak bisa berdiri atau bertumpu pada kaki di bagian pinggul yang cedera.
- Tidak bisa mengangkat, menggerakkan, atau memutar kaki.
- Kaki pada bagian pinggul yang cedera menjadi lebih pendek atau melenceng ke arah luar.
- Lebam serta pembengkakan pada pinggul dan sekitarnya.
Bagi pengidap osteoporosis, mereka bisa mengalami patah tulang pinggul tanpa jatuh sama sekali.
Walau terasa sepele, jangan mengabaikan rasa nyeri yang muncul pada pinggul setelah Anda terjatuh. Jika ada kemungkinan Anda mengalami patah tulang pinggul, sebaiknya segera ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan dan penanganan medis. Batasi gerakan Anda seminimal mungkin agar kondisi Anda tidak makin parah.
Penyebab dan Faktor Risiko Patah Tulang Pinggul
Secara umum, patah tulang pinggul dapat terjadi pada siapa saja akibat adanya hantaman keras. Misalnya karena kecelakaan atau cedera saat berolahraga.
Sementara penyebab utama patah tulang pinggul pada lansia 65 tahun ke atas adalah terjatuh. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh menurunnya kondisi kesehatan (khususnya kekuatan tulang), munculnya gangguan pada penglihatan, serta masalah keseimbangan tubuh. Namun bagi pengidap osteoporosis, gerakan sederhana seperti tumpuan yang kurang tepat pada kaki pun dapat menyebabkan patah tulang karena kondisi tulang mereka yang rentan retak.
Selain usia dan osteoporosis, terdapat beberapa faktor lain yang berpotensi meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami patah tulang pinggul. Di antaranya:
- Jenis kelamin. Penurunan hormon estrogen saat menopause membuat wanita lebih cepat kehilangan kepadatan tulang sehingga risiko wanita untuk mengalami patah tulang pinggul lebih tinggi dibandingkan pria. Diperkirakan sekitar 80 persen di antara pasien patah tulang pinggul adalah wanita.
- Kekurangan nutrisi. Kalsium dan vitamin D sangat dibutuhkan untuk pembentukan tulang yang kuat. Kekurangan kedua asupan ini akan mempertinggi risiko patah tulang pinggul.
- Kurang gerak. Jenis olahraga yang membutuhkan penumpuan beban, seperti berjalan dan berlari, dapat memperkuat tulang dan otot. Karena itu, kurang berolahraga bisa memicu tulang yang kurang padat dan lemah.
- Masalah kesehatan. Misalnya, gangguan endokrin dan pencernaan yang dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk menyerap vitamin D dan kalsium.
- Rokok dan minuman keras. Merokok dan mengonsumsi minuman keras dapat menghambat proses pembentukan dan pemulihan tulang sehingga memicu kerapuhan tulang.
- Efek samping obat-obatan tertentu. Misalnya, penggunaan steroid jangka panjang untuk menangani asma.
Proses Diagnosis dan Langkah Pengobatan Patah Tulang Pinggul
Proses diagnosis patah tulang pinggul dilakukan di rumah sakit. Dokter akan menanyakan kondisi Anda secara keseluruhan, seperti gejala serta tingkat keparahan rasa sakit yang Anda rasakan. X-ray akan dilakukan untuk mengonfirmasi diagnosis adanya retak atau patah tulang.
Dokter juga mungkin akan menganjurkan Anda untuk menjalani pemeriksaan lebih mendetail melalui MRI atau CT scan.
Setelah positif didiagnosis mengalami patah tulang pinggul, langkah penanganan yang akan dianjurkan selanjutnya meliputi prosedur operasi, rehabilitasi, serta obat-obatan antibiotik, obat pereda sakit, atau obat bius.
Pasien dianjurkan untuk menjalani operasi sesegera mungkin, yaitu pada hari pertama masuk rumah sakit atau satu hari setelahnya. Jenis operasi yang akan dijalani tergantung kepada apakah pasien pernah mengalami patah tulang pinggul atau tidak, jenis patah tulang yang dialami, usia, tingkat mobilitas, serta kondisi kesehatan tulang dan sendi pasien. Beberapa jenis prosedur operasi yang biasanya menjadi pilihan antara lain:
- Memasang alat tertentu, misalnya sekrup atau pelat khusus. Penanaman alat ini bertujuan menahan posisi tulang selama proses pemulihan tulang. Operasi ini biasanya digunakan untuk menangani patah tulang jenis ekstrakapsular atau jenis intrakapsular yang stabil dan posisinya tidak bergeser terlalu jauh.
- Mengganti sebagian tulang paha. Jika tulang patah secara tidak beraturan atau rusak, dokter akan menggunakan prosedur ini untuk mengganti pangkal tulang paha yang terletak dalam soket sendi dengan prostetis atau tulang buatan.
- Mengganti seluruh sendi pinggul. Prosedur ini meliputi penanaman soket sendi dan pangkal tulang paha tiruan untuk menggantikan yang asli. Operasi penggantian ini biasanya dipilih untuk menangani patah tulang pinggul pada pasien yang mengidap artritis atau mengalami penurunan fungsi sendi akibat cedera sebelumnya.
Setelah operasi, Anda akan menjalani program rehabilitasi termasuk fisioterapi. Ahli fisioterapi akan memeriksa kondisi Anda dan menawarkan serangkaian latihan gerak. Proses ini bertujuan mempercepat proses pemulihan serta kembalinya kekuatan tulang dan mobilitas Anda.
Program rehabilitasi yang diberikan pada tiap pasien berbeda-beda. Jenisnya tergantung kepada tipe operasi, kondisi kesehatan, dan kemampuan gerak Anda.
Sangat penting bagi Anda untuk mematuhi program rehabilitasi yang diberikan. Demikian pula dengan pemeriksaan rutin ke dokter untuk memantau proses pemulihan Anda.
Operasi yang cepat dilakukan dan program rehabilitasi yang efektif terbukti dapat mengurangi durasi menginap di rumah sakit dan mempercepat pulihnya kemampuan gerak pasien yang mengalami patah tulang pinggul.
Komplikasi Akibat Patah Tulang Pinggul
Patah tulang pinggul termasuk cedera serius, terutama bagi pasien berusia lanjut. Komplikasi akibat kondisi ini juga dapat berakibat fatal. Diperkirakan terdapat sekitar 10 persen pasien patah tulang pinggul yang meninggal dunia dalam waktu satu tahun akibat kondisi ini.
Komplikasi yang berpotensi muncul setelah operasi meliputi infeksi, pneumonia, penggumpalan darah di kaki atau trombosis vena dalam (deep vein thrombosis/DVT), pendarahan, serta luka-luka yang muncul karena pasien terlalu lama berbaring.
Selain itu, tidak semua pasien dapat pulih sepenuhnya. Tingkat pemulihan umumnya tergantung kepada kondisi kesehatan pasien sebelum mengalami patah tulang pinggul. Ada sebagian pasien yang mengalami penurunan kemampuan gerak sehingga kesulitan untuk hidup secara mandiri atau mengalami nyeri berkepanjangan pada bagian pinggul dan sekitarnya.
Pencegahan Patah Tulang Pinggul
Langkah utama untuk mencegah patah tulang pinggul adalah jangan jatuh. Perlu diciptakan kondisi yang aman terutama bagi para lansia yang mungkin mengalami gangguan penglihatan atau sulit berjalan. Penanganan osteoporosis juga sama pentingnya dalam proses pencegahan patah tulang pinggul.
Sebagian besar patah tulang pinggul terjadi pada orang berusia di atas 65 tahun, khususnya wanita. Risiko ini dapat dikurangi dengan langkah-langkah sederhana, seperti menggunakan alat bantu tongkat saat berjalan, menata rumah Anda agar aman dari benda-benda yang dapat menyebabkan Anda jatuh atau terpeleset, berolahraga ringan untuk meningkatkan keseimbangan tubuh, serta mengenakan alat pelindung pinggul untuk menurunkan dampak saat jatuh.
Bagi pengidap osteoporosis, Anda dianjurkan untuk menjalani proses pengobatan dengan seksama. Meningkatkan kesehatan tulang Anda akan membantu menurunkan risiko patah tulang, pada pinggul sekaligus bagian lain.
Anda juga dapat memperkirakan risiko patah tulang pinggul melalui Frax. Frax adalah program kalkulasi yang dapat menghitung risiko keretakan tulang Anda untuk 10 tahun ke depan. Program ini ditujukan bagi Anda yang berusia 40 hingga 90 tahun.
No comments:
Post a Comment