Friday, August 21, 2015

HEPATITIS B

Pengertian Hepatitis B

Hati memiliki ratusan fungsi sehingga menjadi salah satu organ terpenting dalam tubuh manusia. Fungsi hati di antaranya adalah memproduksi cairan empedu yang dapat membantu pencernaan lemak, menyimpan karbohidrat, memproduksi senyawa yang penting dalam pembekuan darah, serta menghilangkan racun dari tubuh.
Manusia hanya memiliki satu buah hati. Organ ini memiliki daya tahan yang sangat tangguh. Hati bahkan tetap bekerja meski mengalami kerusakan dan mampu terus beregenerasi (memperbaiki diri) selama tidak mengalami kerusakan yang benar-benar parah.
alodokter-hepatitis-b
Salah satu infeksi serius yang dapat menyerang hati adalah hepatitis B yang disebabkan oleh virus. Beberapa gejala hepatitis B antara lain:
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Mual dan muntah.
  • Sakit kuning (dilihat dari kulit dan bagian putih mata yang menguning).
  • Gejala yang mirip pilek, misalnya lelah, nyeri pada tubuh, dan sakit kepala.
Tetapi gejala-gejala tersebut tidak langsung terasa dan bahkan ada yang sama sekali tidak muncul. Karena itulah banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Inkubasi adalah jarak waktu antara virus pertama masuk ke dalam tubuh hingga munculnya gejala pertama infeksi tersebut. Masa inkubasi hepatitis B biasanya berkisar antara 1-5 bulan sejak terjadi pajanan terhadap virus.

Penderita Hepatitis B di Indonesia

Hepatitis B merupakan masalah kesehatan dunia, termasuk Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa hepatitis B merupakan penyebab lebih dari 780.000 kematian tiap tahun di dunia.
Di Indonesia sendiri, hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi hepatitis B sebesar 9,4%. Hal ini berarti satu dari 10 penduduk Indonesia terinfeksi Hepatitis B. Sayangnya, hanya satu dari lima penderita hepatitis B di Indonesia yang sadar bahwa mereka mengidap penyakit ini.

Cara Penularan Hepatitis B

Hepatitis B dapat menular melalui darah dan cairan tubuh, misalnya sperma dan cairan vagina. Virus penyakit ini jauh lebih mudah ditularkan dibandingkan HIV. Beberapa cara penularannya adalah:
  • Kontak seksual, misalnya berganti-ganti pasangan dan berhubungan seks tanpa alat pengaman.
  • Berbagi jarum suntik. Misalnya menggunakan alat suntik yang sudah terkontaminasi darah penderita hepatitis B.
  • Kontak dengan jarum suntik secara tidak disengaja. Misalnya petugas kesehatan (paramedis) yang sering berurusan dengan darah manusia.
  • Ibu dan bayi. Ibu yang sedang hamil dapat menularkan penyakit ini pada bayinya saat persalinan.

Diagnosis pada Hepatitis B

Diagnosis hepatitis B dilakukan melalui pemeriksaan darah. Yang perlu diperhatikan adalah pendeteksian HBsAg (hepatitis B surface antigen). HbsAg adalah lapisan luar virus hepatitis B yang memicu reaksi dari sistem kekebalan tubuh Anda.
Munculnya hasil positif menunjukkan bahwa hati Anda melepaskan protein hepatitis B ke dalam darah. Hal ini mengindikasikan adanya infeksi.
Selain tes HBsAg, dokter mungkin akan menganjurkan Anda untuk menjalani pemeriksaan yang lebih spesifik, yaitu evaluasi fungsi hati. Pemeriksaan ini juga dilakukan melalui tes darah untuk mengetahui adanya kerusakan hati atau tidak.

Hepatitis B Akut dan Kronis

Infeksi hepatitis B dapat terjadi dalam waktu singkat (akut) atau jangka panjang (kronis).
Virus hepatitis B umumnya tinggal dalam tubuh selama kira-kira 30-90 hari. Inilah yang dikenal sebagai hepatitis B akut. Infeksi akut ini umumnya dialami orang dewasa. Jika mengalami hepatitis B akut, sistem kekebalan tubuh Anda biasanya dapat melenyapkan virus dari tubuh dan Anda akan sembuh dalam beberapa bulan.
Sedangkan hepatitis B kronis terjadi saat virus tinggal dalam tubuh selama lebih dari enam bulan. Jenis hepatitis B ini lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Anak-anak yang terinfeksi virus pada saat lahir berisiko empat sampai lima kali lebih besar untuk menderita hepatitis B kronis dibanding anak-anak yang terinfeksi pada masa balita. Sementara untuk orang dewasa, 20% dari mereka yang terpapar virus ini akan berujung pada diagnosis hepatitis B kronis.
Penderita hepatitis B kronis bisa menularkan virus meski tanpa menunjukkan gejala apa pun.
Sirosis adalah tahap terakhir dari hepatitis B kronis. Sirosis adalah kondisi organ hati yang telah mengalami kerusakan berkelanjutan dan akhirnya membentuk jaringan luka atau parut. Jaringan ini berbeda dari jaringan hati yang sehat. Dalam kondisi siroris, sel-sel hati telah berubah dan jaringannya telah mengeras sehingga fungsi hati pun menurun secara drastis. Satu dari lima penderita hepatitis B mengalami sirosis. Komplikasi ini membutuhkan sekitar 8-20 tahun untuk berkembang. Diperkirakan sekitar 10 persen penderita sirosis akhirnya mengalami kanker hati.

Langkah Pengobatan Hepatitis B

Tidak ada langkah khusus dalam pengobatan hepatitis B. Tujuan pengobatannya adalah untuk mengurangi gejala dengan obat pereda sakit serta menjaga kenyamanan sehari-hari si penderita dan keseimbangan gizinya.
Sementara pengobatan untuk hepatitis B kronis tergantung pada tingkat keparahan infeksi pada hati. Langkah penanganan penyakit ini menggunakan obat-obatan yang berfungsi untuk:
  • Menghambat produksi virus.
  • Mencegah kerusakan pada hati.

Langkah Pencegahan Penyebaran Hepatitis B

Langkah pengobatan memang dapat menghambat penyebaran hepatitis B kronis dan mencegah komplikasi, tetapi tidak bisa menyembuhkan infeksi. Penderita hepatitis B kronis tetap dapat menularkannya pada orang lain.

Vaksin dan Langkah Pencegahan Terpapar Virus Hepatitis B

Langkah efektif dalam pencegahan hepatitis B adalah dengan vaksin. Di Indonesia sendiri, vaksin hepatitis B termasuk vaksin wajib dalam imunisasi. Proses pemberian vaksin dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu saat anak lahir, saat anak berusia satu bulan, dan saat anak berusia 3-6 bulan. Tetapi orang dewasa dari segala umur dianjurkan untuk menerima vaksin hepatitis B.
Pemberian vaksin ini juga dianjurkan untuk mereka yang berisiko tinggi tertular hepatitis B, seperti:
  • Orang yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual.
  • Orang yang menggunakan obat suntik atau berhubungan seks dengan pengguna obat suntik.
  • Petugas kesehatan (paramedis) yang berisiko terpapar virus hepatitis B.
    Orang yang tinggal serumah dengan penderita hepatitis B.
  • Penderita penyakit hati kronis.
  • Penderita penyakit ginjal.
Pemeriksaan hepatitis B juga diterapkan bagi ibu hamil. Jika sang ibu mengidap penyakit ini, bayinya dapat menerima vaksin pada saat lahir (12 jam setelah persalinan) untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi.
Langkah lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena hepatitis B di antaranya adalah:
  • Berhenti atau jangan menggunakan obat-obatan terlarang.
  • Hindari berbagi penggunaan barang seperti sikat gigi, anting-anting, serta alat cukur.
  • Waspadalah saat ingin menindik dan menato tubuh.
  • Jangan berhubungan seks tanpa alat pengaman kecuali Anda yakin pasangan Anda tidak memiliki hepatitis B atau penyakit kelamin menular lainnya.

Bagi Penderita Hepatitis B

Penderita hepatitis B dewasa umumnya sanggup mengendalikan virusnya. Mereka dapat kembali sehat dalam waktu beberapa bulan meski mengalami gejala yang parah.
Kerusakan hati adalah risiko yang dimiliki oleh penderita hepatitis B kronis. Sebagian besar dari mereka mengalami kerusakan hati yang sangat kecil. Tetapi ada juga penderita hepatitis B kronis yang akhirnya menderita sirosis dan terkadang kanker hati.
Karena itu, vaksinasi sangat penting sebagai langkah pencegahan. Terutama jika Anda termasuk dalam salah satu kategori orang yang berisiko tinggi terkena hepatitis B.

Gejala Hepatitis B

Gejala hepatitis B sering kali tidak langsung terasa dan bahkan ada yang sama sekali tidak muncul selama sistem kekebalan tubuh si penderita berjuang melawan virus. Karena itulah banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Penularan tetap dapat terjadi selama virus masih ada di dalam tubuh penderita.
Jika ada gejala pun, masa inkubasi hepatitis B berkisar antara 1-5 bulan sejak terjadi pajanan terhadap virus. Inkubasi adalah jarak waktu antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga munculnya gejala. Gejala tersebut biasanya akan hilang dalam 30-90 hari.
Yang termasuk dalam gejala hepatitis B antara lain:
  • Kehilangan nafsu makan
  • Mual dan muntah.
  • Penurunan berat badan.
  • Gejala yang menyerupai flu seperti lelah, nyeri pada tubuh, sakit kepala, dan demamtinggi (sekitar 38ÂșC atau lebih).
  • Nyeri perut.
  • Lemas dan lelah.
  • Sakit kuning (kulit dan bagian putih mata yang menguning).
Penyebab munculnya sakit kuning adalah bilirubin (senyawa hasil limbah sel darah merah) yang tidak dapat dilenyapkan oleh hati yang mengalami kerusakan. Senyawa ini juga dapat mengubah warna urine menjadi kuning pekat dan warna tinja menjadi pucat.

Hepatitis B Jangka Panjang (Kronis)

Hepatitis B kronis terjadi saat virus tinggal dalam tubuh selama lebih dari enam bulan. Gejalanya cenderung lebih ringan dan tidak konstan. Sebagian besar penderita penyakit ini tidak mengalami gejala yang signifikan.
Tetapi penderita harus tetap berhati-hati karena penderita hepatitis B kronis, terutama yang tidak menjalani pengobatan, dapat mengalami komplikasi serius. Misalnya sirosis atau inflamasi hati.

Konsultasi Kepada Dokter

Jika ada gejala-gejala tidak biasa yang berlangsung selama berhari-hari atau Anda merasa telah terpapar virus hepatitis B, periksakanlah diri Anda ke dokter.
Infeksi hepatitis B dapat dicegah dengan pengobatan. Tetapi perlu diingat bahwa pengobatan ini hanya efektif jika dilakukan dalam 48 jam setelah terjadi pajanan. Meski demikian, proses ini juga terkadang bisa efektif sampai satu minggu.

Penyebab Hepatitis B

Hepatitis B termasuk penyakit yang sangat mudah menular. Virus ini jauh lebih mudah ditularkan dibandingkan HIV. Indonesia merupakan negara dengan tingkat penderita hepatitis B yang tergolong tinggi.
Penularan hepatitis B dapat melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain penderita. Risiko Anda akan makin tinggi jika Anda tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi.

Pajanan Darah yang Sudah Terinfeksi Hepatitis B

Risiko terkena hepatitis B akan meningkat jika Anda:
  • Berbagi sikat gigi, alat cukur, dan handuk yang sudah terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi.
  • Menggunakan obat-obatan terlarang dan berbagi jarum suntik serta peralatan lainnya (misalnya, sendok atau bong).
  • Berhubungan seks dengan pengguna obat-obatan terlarang yang memakai dan berbagi jarum suntik.
  • Memiliki luka terbuka dan terjadi kontak dengan darah yang terinfeksi.
  • Bekerja dan berurusan dengan darah. Paramedis dan staf laboratorium memiliki risiko lebih tinggi terhadap ketidaksengajaan tertusuk jarum suntik bekas.
  • Menjalani transfusi darah di klinik atau rumah sakit yang tidak memeriksa darah untuk hepatitis B. Semua darah yang akan digunakan dalam transfusi harus dites untuk berbagai penyakit, termasuk hepatitis B.
  • Menjalani pengobatan atau perawatan gigi di klinik atau rumah sakit dengan peralatan yang tidak steril.
  • Menindik atau menato tubuh di tempat yang peralatannya tidak steril.

Pajanan Cairan Tubuh yang terinfeksi Hepatitis B

Cairan tubuh merupakan salah satu perantara utama dalam penularan hepatitis B. Risiko Anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat jika Anda:
  • Melakukan hubungan seks tanpa kondom (termasuk seks oral dan seks anal), terutama jika pasangan Anda sudah terinfeksi.
  • Memiliki pasangan seksual lebih dari satu orang.
Pekerja seks komersial (wanita atau pria) juga berisiko tinggi tertular hepatitis B.

Penularan Dari Ibu Kepada Bayi

Jika ibu hamil terkena hepatitis B, bayinya dapat tertular selama masa kehamilan atau pada saat lahir. Para ibu hamil dianjurkan untuk menjalani tes darah sehingga hepatitis B dapat segera terdeteksi.
Penularan hepatitis B dari ibu kepada bayinya masih dapat dicegah. Caranya adalah dengan memberi vaksin hepatitis B pada sang bayi saat dilahirkan (sebaiknya dalam waktu 12 jam). Pemberian ASI juga boleh dilakukan jika sang bayi sudah menerima vaksin pada saat lahir.

Pengobatan Hepatitis B

Proses pengobatan hepatitis B biasanya dilakukan oleh dokter spesialis hati atau lebih dikenal dengan istilah dokter ahli hepatologi.

Langkah Pengobatan Untuk Hepatitis B Akut

Infeksi akut ini umumnya dialami penderita dewasa. Penderita hepatitis B akut biasanya dapat terbebas dari gejala dan pulih dalam beberapa bulan tanpa terkena hepatitis B kronis.
Tidak ada langkah khusus untuk mengatasi hepatitis B akut. Penyakit ini dapat sembuh tanpa harus menjalani penanganan di rumah sakit. Tetapi Anda sebaiknya berkonsultasi kepada dokter jika mengalami gejala yang parah.
Tujuan pengobatan jenis hepatitis B ini adalah untuk mengurangi gejala dengan obat pereda sakit, misalnya parasetamol dan obat anti-mual seperti metoclopramide. Dokter mungkin akan memberikan kode ini jika rasa sakit yang Anda alami lebih parah.
Penderita hepatitis B yang merasa sehat belum tentu sudah terbebas dari virus tersebut. Mereka dianjurkan untuk menjalani tes darah dan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Proses ini bertujuan untuk memastikan Anda benar-benar terbebas dari virus dan tidak menderita hepatitis B kronis.

Langkah Pengobatan Untuk Hepatitis B Kronis

Penderita hepatitis B kronis umumnya tidak merasakan gejala apa pun untuk waktu yang lama. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Jika telah didiagnosis positif menderita penyakit ini, penderita pada umumnya membutuhkan obat-obatan untuk jangka panjang (terkadang bertahun-tahun) guna mencegah kerusakan hati.
Dengan berkembangnya dunia kedokteran, obat-obatan yang efektif untuk menekan aktivitas virus hepatitis B juga sudah tersedia. Obat-obatan ini dapat menghambat proses kerusakan pada hati sehingga tubuh sempat memperbaikinya. Tetapi perlu diingat bahwa kemungkinan obat-obatan ini untuk sepenuhnya melenyapkan virus sangat tipis.
Kondisi hati penderita hepatitis B kronis juga harus dipantau secara rutin. Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah virus sudah merusak hati dan seberapa jauh kerusakannya. Proses ini biasanya meliputi:
  • Tes darah.
  • USG.
  • FibroScan (alat untuk mengukur tingkat pembentukan jaringan luka dan pengerasan jaringan hati).
  • Biopsi hati (proses ini jarang digunakan).
Ada sebagian penderita hepatitis B yang memiliki kekebalan tubuh yang dapat menekan aktivitas virus sehingga tidak merusak hati. Karena itu, jenis obat yang akan dikonsumsi tergantung pada ada atau tidaknya proses kerusakan hati yang sedang berlangsung.
Obat yang biasanya dianjurkan dokter untuk penderita dengan hati yang masih berfungsi baik adalah peginterferon alfa-2a.
Jika pemeriksaan mengindikasikan bahwa hati Anda mengalami kerusakan, dokter akan memberikan obat lain. Adanya kerusakan ini menunjukkan bahwa peginterferon alfa-2akurang efektif atau tidak cocok untuk Anda. Alternatif lain yang mungkin ditawarkan oleh dokter adalah obat antivirus (biasanya tenofovir atau entecavir).
Keefektifan pengobatan berbeda-beda untuk tiap orang. Dalam beberapa kasus, dampak pengobatan dapat sangat efektif sehingga sistem kekebalan tubuh penderita dapat mengendalikan hepatitis B. Jika berhasil, dokter pada akhirnya akan menganjurkan Anda untuk menghentikan konsumsi semua obat.
Obat pasti memiliki efek samping, maka penting bagi penderita untuk mematuhi seluruh cara pemakaian, mulai dari dosis, cara memulai dan menghentikan konsumsi obat, serta kapan sebaiknya mengkonsumsi obat.
Meski efek sampingnya bisa terasa mengganggu, penderita dianjurkan untuk terus meminumnya. Penghentian konsumsi obat dapat menimbulkan reaksi resistansi obat (ketahanan virus terhadap obat) serta kerusakan hati. Konsultasikanlah dengan dokter sebelum Anda berhenti meminum obat.
Penting bagi Anda juga untuk mengenali efek samping apa sajakah yang mungkin terjadi akibat obat-obat tersebut. Akan sangat berguna bagi penderita untuk mengerti cara kerja obat dan efek samping yang mungkin ditimbulkannya, mulai dari yang ringan hingga yang berbahaya. Ini supaya efek samping ringan dapat diantisipasi dan ketika efek samping yang berbahaya terjadi, penderita dan anggota keluarganya dapat mengenalinya dan segera bertindak.

Komplikasi Hepatitis B

Satu dari tiga penderita hepatitis B kronis yang tidak menjalani pengobatan dapat mengalami komplikasi penyakit hati yang serius.

Hepatitis B dan Komplikasi Sirosis

Sirosis adalah pembentukan jaringan parut pada hati. Jaringan parut adalah jaringan yang terbentuk setelah sel-sel hati yang awalnya normal, mengalami luka atau radang yang berkelanjutan. Dalam hati yang terkena sirosis, sel-selnya telah mengalami perubahan sehingga tidak lagi dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Perubahan ini terjadi perlahan-lahan dalam waktu bertahun-tahun.
Penyakit ini menyerang sekitar 20 persen penderita hepatitis B kronis. Gejala sirosis biasanya tidak terdeteksi dan sering tidak disadari penderitanya sampai terjadi kerusakan yang parah pada hati. Sirosis yang parah dapat memicu gejala-gejala seperti turunnya berat badan, mual, gampang lelah, gatal-gatal pada kulit dan pembengkakan pada perut serta pergelangan kaki.
Konsumsi minuman keras sebaiknya dihindari karena dapat mempercepat dan memperburuk sirosis.
Perkembangan komplikasi ini dapat dihambat dengan langkah pengobatan tertentu, misalnya dengan obat antivirus. Tetapi ada sebagian penderita yang terpaksa menjalani transplantasi hati.

Hepatitis B dan Komplikasi Kanker Hati

Hepatitis B kronis yang akan berkembang menjadi kanker hati diperkirakan mencapai 10 persen. Gejala pada komplikasi ini di antaranya adalah mual, muntah, sakit perut, penurunan berat badan, serta sakit kuning (kulit dan bagian putih mata yang menguning).

Hepatitis B dan Komplikasi Hepatitis B Fulminan

Hepatitis B fulminan terjadi saat sistem kekebalan tubuh menjadi keliru dan mulai menyerang hati hingga menyebabkan kerusakan yang parah. Beberapa gejala yang mengindikasikan kondisi tersebut adalah penderita menjadi linglung atau bingung, perut yang membengkak, dan sakit kuning.
Hepatitis B fulminan memang jarang terjadi dan umumnya disebabkan oleh hepatitis B akut. Tetapi komplikasi ini juga dapat terjadi pada penderita hepatitis B kronis dewasa.
Hepatitis B fulminan membutuhkan perawatan medis darurat. Jumlah penderita hepatitis B fulminan yang meninggal dunia diperkirakan mencapai 70 persen.

No comments:

Post a Comment